Puasa Arafah Menghapus Dosa Satu Tahun yang Lalu dan Satu Tahun Berikutnya

0
Dosa-dosa yang Diampuni dengan Puasa Arafah

Puasa Arafah Menghapus Dosa Satu Tahun yang Lalu dan Satu Tahun Berikutnya

Puasa Arafah dilaksanakan setiap tanggal 9 dari bulan Zulhijjah. Adapun keistimewaan dari puasa sunnah Arafah ini adalah sebagaimana yang disebutkan dalam hadits riwayat Imam Muslim:

عَنْ أَبِي قَتَادَةَ الأنْصَارِيِّ -رَضِيَ اللهُ عَنْهُ- "أَنَّ رَسُولَ اللهِ -صلى الله عليه وسلم- سُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَرَفَةَ، فَقَال: يُكَفِّرُ السَّنَةَ الماضِيَةَ وَالبَاقِيَةَ، وَسُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَاشورَاءَ، فَقَال: يُكَفِّرُ السَّنَةَ الماضِيَةَ، وَسُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ الاثْنَيْنِ، فَقَالَ: ذلِكَ يَوْمٌ وُلِدْتُ فِيهِ، وَبُعِثْتُ فِيهِ، وَأُنْزِلَ عَليَّ فِيهِ" . رَوَاهُ مُسْلِمٌ

Dari Abu Qatadah Al-Anshari Radhiyallahu 'anhu: Rasulullah pernah ditanya tentang puasa Arafah, lalu beliau bersabda, "Puasa Arafah manghapus dosa satu tahun yang lalu dan satu tahun berikutnya," (HR. Muslim No. 1162)

Syaikh 'Abdullah bin Abdurrahman Al-Bassam dalam Taudhihul Ahkam Syarh Bulughil Maram min Adillatil Ahkam menjelaskan:

في الحديث استحباب صوم يوم عرفة، وهو اليوم التاسع من ذي الحجة، وأنَّه يكفر ذنوب السنة الماضية، أما السنة الآتية فإنَّ تكفير السيئات في المستقبل من العمر، لم يكن إلاَّ للنبي -صلى الله عليه وسلم-؛ لقوله تعالى لِيَغْفِرَ لَكَ اللَّهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِكَ وَمَا تَأَخَّرَ [الفتح: ٢] . وكذلك لأهل بدر، فقد جاء في الحديث القدسي: "اعملوا ما شئتم، فقد غفرتُ لكم" . 

Dalam hadits terdapat kesunnahan berpuasa pada hari Arafah, yaitu hari yang kesembilan dari bulan Dzulhijjah. Puasa tersebut dapat menghapus dosa-dosa pada tahun yang lalu. Adapun tahun yang
akan datang maka penghapusan keburukan pada masa yang akan datang hanya terjadi bagi Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam, karena firman Allah Subhanahu wa Ta'ala, "Supaya Allah memberikan ampunan kepadamu terhadap dosamu yang telah lalu dan yang akan datang." (Qs. Al-Fath [48]: 6).
Demikian juga bagi orang yang mengikuti perang Badar terdapat dalam hadits qudsi: "Kerjakan apa yang kalian kehendaki, Aku (Allah) telah mengampuni kalian."

قال العلماء: معنى هذا الحديث: أن يوفق صائمه ويعصمه، فلا يأتي بذنب، أو يوفقه لأعمال صالحة تكفر ما يقع فيها من الذنوب.

Para ulama berkata, 'Makna hadits ini adalah memberikan pertolongan kepada yang berpuasa dan melindunginya, ia tidak membawa dosa atau mendorongnya untuk amal-amal shalih yang dapat menghapus dosa-dosa yang terjadi di dalamnya."

صوم يوم عرفة هو أفضل صيام التطوع، بإجماع العلماء

Puasa hari Arafah itu puasa sunnah yang paling utama menurut kesepakatan para ulama.

صيامه مستحب لغير الحاج الواقف بعرفة؛ لما روى الخمسة عن أبي هريرة: "أنَّ النَّبِيَّ -صلى الله عليه وسلم- نهى عن صوم يوم عرفة بعرفة" وكراهة صوم عرفة بعرفة مذهب جمهور العلماء، ومنهم الأئمة الثلاثة: مالك والشافعي وأحمد وغيرهم.

Puasa Arafah disunnahkan bagi selain orang yang berhaji yang sedang wukuf di Arafah berdasarkan riwayat imam hadits yang lima dari Abu Hurairah:
"Sesungguhnya Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam melarang berpuasa Arafah di (padang) Arafah."
Makruh hukumnya puasa Arafah di padang Arafah adalah pendapat mayoritas para ulama diantaranya Imam madzhab yang tiga yaitu Imam Malik, Syafi'i, Ahmad, dan selain mereka.

Dosa-dosa yang Diampuni dengan Puasa Arafah

ظاهر الحديث: أنَّ صوم يوم عرفة يكفر الصغائر والكبائر من الذنوب، به قال بعض العلماء، والجمهور على أنَّه لا يكفر الكبائر، وقالوا: إنَّ صوم يوم عرفة ليس أفضل من الصلوات الخمس، وقد جاء في صحيح مسلم من حديث أبي هريرة أنَّ النَّبيَّ -صلى الله عليه وسلم- قال: "الصلوات الخمس والجمعة إلى الجمعة كفارة لما بينهن، ما لم تغش الكبائر" . وقال النووي: المراد بالذنوب التي يكفرها الصيام هي: الصغائر، فإن لم يوجد صغائر، رجي أن يخفف من الكبائر، فإن لم تكن رفعت له درجات. قال إمام الحرمين: وكل ما يراد في الأخبار من تكفير الذنوب، فهو عندي محمول على الصغائر، دون الموبقات. قال النووي: وقد ثبت ما يؤيده: فمن ذلك حديث عثمان -رضي الله عنه- قال: "سمعت رسول الله -صلى الله عليه وسلم- يقول: ما من امرىء مسلم تحضره صلاة مكتوبة، فيحسن وضوءها، وخشوعها، وركوعها، إلاَّ كانت له كفارة لما قبلها من الذنوب، ما لم تؤت كبيرة، وذلك الدهر كله" [رواه مسلم (٣٣٥) ]

وعن أبي هريرة -رضي الله عنه- أنَّ رسول الله -صلى الله عليه وسلم- قال: "الصلوات الخمس والجمعة إلى الجمعة كفارة لما بينهنَّ، ما لم تغش الكبائر" [رواه مسلم] . ٧ - قال شيخ الإسلام: أيام ذي الحجة أفضل من أيام العشر من رمضان، وليالي العشر الأواخر من رمضان من ليالي عشر ذي الحجة. قال ابن القيم: ذلك أنَّه ليس من أيام العمل أحب إلى الله من أيام عشر ذي الحجة، وأما ليالي عشر رمضان ففيها ليلة القدر، وهي خير من ألف شهر.

Zhahirnya hadits menyatakan bahwa puasa Arafah itu menghapus dosa-dosa kecil dan besar, itu menurut sebagian ulama sedangkan menurut mayoritas para ulama puasa itu tidak menghapus dosa-dosa besar, mereka mengatakan, "Puasa Arafah tidak lebih utama dari shalat lima waktu, ada riwayat dalam Sahih Muslim yaitu hadits Abu Hurairah bahwa Nabi Shallallahu alaihi wa Sallam bersabda, "shalat wajib yang lima waktu dan shalat Jumat sampai ke Jumat berikutnya adalah menghapus dosa-dosa selama tilak melakukan dosa-dosa besar."

Imam An-Nawawi berkata, "Yang dimaksud dengan dosa-dosa yang dihapus oleh puasa adalah dosa-dosa kecil, jika tidak ada dosa-dosa kecil maka diharapkan dapat meringankan dosa-dosa besar, jika tidak ada dosa-dosa besar maka ia akan diangkat derajatnya."

Imam Haramain berkata, "Setiap penghapusan dosa yang disebutkan dalam hadits-hadits maka ia menurutku adalah dosa-dosa kecil bukan dosa-dosa besar."

Imam An-Nawawi berkata: Hal ini dikuatkan oleh hadits lain; diantaranya adalah hadits Utsman Radhiyallahu 'anhu ia berkata; Aku mendengar Rasulullah Shallallahu alaihi wa Sallam bersaba,
" Tidaklah seorang muslim yang melakukan shalat wajib lalu memperbagus wudhunya, kekhusyuannya, dan ruku'nya kecuali hal itu menjadi penghapus dosa-dosa sebelumnya selama ia tidak melakukan dosa besar, dan hal itu setahun penuh." (HR. Muslim, 335).

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu bahwasanya Rasulullah Shallallahu alaihi wa Sallam bersabda: "Shalat lima waktu dan shalat Jumaat sampi ke Jum'at berikutnya merupakan penghapus dosa-dosa diantaranya." (HR. Muslim)

Syaikhul Islam berkata "Hari-hari pada bulan Dzulhijjah itu lebih utama daripada hari-hari sepuluh dari bulan Ramadhan dan malam-malam sepuluh akhir dari bulan Ramadhan itu lebih utama daripada malam-malam sepuluh bulan Dzulhiijjah."

Ibnul Qayyim berkata, "Hal demikian itu tidak termasuk hari-hari beramal yang lebih disukai oleh Allah daripada hari-hari sepuluh bulan Dzulhiijjah, adapun malam-malam sepuluh bulan Ramadhan di dalamnya terdapat malam lailatul qadar yang lebih baik daripada seribu bulan."

Wallahu a'lamu bis-shawaab

Sumber: Taudhihul Ahkam Syarh Bulughil Maram min Adillatil Ahkam, Syaikh 'Abdullah bin Abdurrahman Al-Bassam, Hal. 529 - 531

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)