Pembaca ustadzmu.com, betapa banyaknya nikmat Allah Subhanahu wa Ta'ala yang telah dianugerahkan kepada kita, hingga kita sampai kapanpun tak akan pernah dapat menghitungnya. Hal ini telah ditegaskan oleh Allah Ta'ala dalam firmanNya:
وَإِن تَعُدُّوا۟ نِعْمَةَ ٱللَّهِ لَا تُحْصُوهَآ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ لَغَفُورٌ رَّحِيمٌ
"Dan jika kalian menghitung nikmat Allah, niscaya kalian tidak akan mampu menghitungnya. Sungguh, Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (Q.S. An-Nahl/16: 18)
Maka, sudah sepantasnya dan sudah menjadi kewajiban hama Allah, untuk senantiasa bersyukur atas semua nikmat yang diperolehnya. Baik syukur dengan hati, syukur dengan lisan, syukur dengan perbuatan, dan syukur dengan merawat kenikmatan yang telah Allah anugerahkan.
Bahkan, Allah Subhanahu wa Ta'ala juga sudah menjanjikan, jika hambaNya bersyukur atas nikmat yang telah didapatkan maka kenikmatan tersebut digaransi akan ditambah. Namun sebaliknya, jika hamba Allah Ta'ala kufur atas nikmat yang telah diberikan olehNya, maka Allah mengancam dengan azabnya.
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِى لَشَدِيدٌ
"Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat." (Q.S. Ibrahim/14: 7)
Memiliki Tiga Macam ini, Maka Dunia Seolah-olah Berada dalam Genggaman
Kebutuhan manusia sebenarnya sederhana. Tapi keinginan-keningan manusialah yang membuat urusannya sendiri menjadi rumit. Menuruti keinginan manusia (nafsunya) maka tak akan ada habisnya. Tak akan ada puasnya. Sampai-sampai Nabi mengilustrasikan lewat sabdanya:
لَوْ أَنَّ لابْنِ آدَمَ وَادِياً مِنْ ذَهَبِ أَحَبَّ أَنْ يَكُونَ لَهُ وادِيانِ ، وَلَنْ يَمْلأَ فَاهُ إِلاَّ التُّرَابُ ، وَيَتُوب اللَّهُ عَلَى مَنْ تَابَ ~ مُتَّفَقٌ عَليْهِ
Artinya:
“Andaikata seorang anak Adam (manusia) itu memiliki selembah emas, ia tentu menginginkan memiliki dua lembah emas lagi dan sama sekali tidak akan memenuhi mulutnya (memuaskannya) selain tanah (yaitu setelah mati) dan Allah menerima taubat orang-orang yang bertaubat.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Maka, jika yang tertanam dalam benaknya adalah soal hajat/kebutuhan yang memang dibutuhkan, bukan keinginan nafsunya semata yang tidak ada ujungnya, maka sebenarnya sangatlah simpel dan sederhana.
Manusia diciptakan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala untuk beribadah atau mengabdi kepadaNya, maka memenuhi kebutuhan yang sifatnya dapat digunakan untuk perantara bertaqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah juga tidak akan diperlukan sesuatu yang sifatnya memberatkan. Kecuali dalam beberapa hal yang memang membutuhkan biaya besar, sehingga pelakunya diwajibkan kepada yang mampu.
Nabi menggambarkan kondisi tentang orang yang pada dirinya terhimpun dunia dengan kondisi yang sangat mudah diterima. Dalam pandangan kita mungkin terlihat sepele. Padahal jika kita renungkan, maka disitulah nikmat anugerah Allah yang luar biasa.
Nabi bersabda:
مَنْ أَصْبَحَ مِنْكُمْ آمِنًا فِي سِرْبِهِ ، مُعَافًى فِي جَسَدِهِ ، عِنْدَهُ قُوتُ يَوْمِهِ ، فَكَأَنَّمَا حِيزَتْ لَهُ الدُّنْيَا
Artinya:
“Siapa diantara kalian yang berada di waktu pagi dalam keadaan aman di tempat tinggalnya, sehat jasmaninya, dan memiliki makanan untuk hari itu, maka seakan-akan dunia ini telah dikumpulkan dan dihimpun untuknya.” (HR. Al-Bukhari dalam Al-Adab Al-Mufrad dan At-Tirmidzi dalam Sunan-nya, At-Tirmidzi mengatakan: Hadis ini Hasan Gharib)
Syaikh Al-Mubarakfury rahimahullah berkata dalam mensyarah hadis di atas:
“Siapa diantara kalian (Hai orang-orang beriman) yang berada di waktu pagi dalam keadaan aman (tidak takut dari musuh) di tempat tinggalnya (dalam dirinya). Ada yang mengatakan bahwa as-sirb itu artinya al-jama'ah, maknanya: merasa aman di istri dan keluarganya. Ada yang mengatakan as-sirb itu berharakat fathah pada huruf sin-nya (as-sarb) yang artinya menjadi: aman dalam perjalanannya, bahkan ada yang mengatakan dengan fathah pada sin dan ra (menjadi: as-sarab) yang artinya di rumahnya (yakni merasa aman di rumahnya). Diberikan afiat (diberi kesehatan) artinya sehat dan selamat dari cacat dan sakit pada jasmaninya baik yang nampak maupun yang tersembunyi. Memiliki makanan pada hari tersebut yang tercukupi dari yang halal." (Tuhfah A-Ahwadziy)
Nah, orang-orang yang oleh Allah dianugerahi dengan ketiga macam tersebut pada pagi harinya, maka seakan-akan dunia ini telah dikumpulkan dan dihimpun untuknya.
Bagi siapa saja yang oleh Allah dianugerahi ketiga macam nikmat di atas maka sungguh Allah telah mengumpulkan untuknya seluruh kenikmatan-kenikmatan yang ada di dunia. Maka sepantasnya untuk menyambut harinya dengan rasa syukur dengan mewujudkan rasa syukurnya pada ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, bukan pada kemaksiatan dan tidak lagi lemah dalam berdzikir mengingat Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Bagaimana kondisi pagi hari Anda sekarang atau tadi pagi? Seperti yang digambarkan oleh hadis di atas? Jika iya, maka:
فَبِأَىِّ ءَالَآءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ
"Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan? "(Q.S. Ar-Rahman/55: 13)
Wallahu a'lam bish-shawab.
Akhukum Fillah:
Fahrudin Abu Farhan Ibnu Mudakir Ibn Basyir El-Sragany. [Ya Allah, ampunilah Fahrudin dan Kedua Orang Tuanya, dan rahmatilah keduanya sebagaimana keduanya telah mengasuhnya di waktu kecil]
Posting Komentar
0Komentar